Halaman

Jumat, 22 Juni 2012

GENESA BATU GAMPING ATAU BATU KAPUR


GENESA BATU GAMPING ATAU BATU KAPUR

          Dikenal batu gamping non-klastik, merupakan koloni dari binatang laut antara lain Coelenterata, Molusca, Protozoa, Foraminifera. Batu gamping Koral merupakan pertumbuhan/perkembangan koloni Koral. Batu gamping klastik,merupakan hasil rombakan jenis batu gamping non klasik melalui proses erosi oleh air, transportasi, sortasi,sedimentasi. Oleh karenanya selama proses tersebut terikut jenis mineral lain yang merupakan pengotor dan memberi warna pada batu gamping yang brsangkutan. Akibat adanya proses sortasi secara alamiah akan terbentuk pengelompokan ukuran butir. Dikenla jenis kalsidurit apabila batu gamping tersebut fragmental, kalkarenit apabila batu gamping terebut berukuran pasir, dan kalsilutit apabila batu gamping tersebut berukuran lempung. Tingkat pengotoran/kontaminasi oleh mineral asing berkaitan erat dengan ukuran butirnya. Pada umumnya jenis batu gamping ini dilapangan menunjukkan berlapis. Adanya perlapisan dan struktur sedimen yang lain serta adanya kontaminasi mineral tertentu yang akan memberi warna dalam beberapa hal memberikan nilai tambah setelah batu gamping tersebut terkena sentuhan teknologi.
Selain itu mata air mineral dapat pula mengendapkan batu gamping yang disebut sebagai endapan sinter kapur. Batu gamping jenis ini terjadi karena proses kimia di alam, peredaran air panas alam maka melarutlah batu gamping di bawah permukaan yang kemudian diendapkan kembali dipermukaan bumi.
Secara kimia batu gamping terdiri atas kalsium karbonat (CaCO3). Di alam tidak jarang pula dijumpai batu gamping magnesium . Kadar magnesium yang tinggi mengubah batu gamping menjadi batu gamping dolomitan dengan komposisi kimia CaCO3MgCO3. Hasil penyelidikan hingga kini meyebutkan bahwa kadar Calsium Oksida batu gamping di Jawa umumnya tinggi (CaO>50%). Selain magnesium batu gamping kerapkali tercampur dengan lempung, pasir, bahkan jenis mineral lain.
Pada umumnya batu gamping yang padat gamping yang padat dan keras mempunyai berat jenis 2. Selain yang pejal (masif) dijumpai pula batu gamping yang sarang (porus). Mengenai warna dapat dikatakan bervariasi dari putih susu, abu -abu tua, coklat, merah, bahkan hitam. Semuanya disebabkan karena jumlah dan jenis pengotor yang ada. Warna kemerahan disebabkan oleh mangan, oksida besi sedang kehitaman karena zat organik. Batu gamping yang mengalami metamorfose berubah menjadi marmer.
Dibeberapa daerah berbatu gamping yang tebal lapisannya didapatkan gua atau sungai bawah tanah yang terjadinya berkaitan erat dengan kerjanya air tanah. Air hujan yang mengandung CO2 dari udara dan CO2 hasil pembusukan zat organik dipermukaan setelah meresap kedalam tanah dapat melarutkan batu gamping yang dilaluinya sepanjang rekahan. Reaksi kimia yang berlangsung adalah : 

CaCO3 + 2CO2 + H2O>>>>>>>>Ca(HCO3 )2 + CO2

Ca(HCO3)2 larut dalam air sehingga lambat laun terjadi rongga dalam bentuk gua atau sungai bawah tanah.
Seperti dijelaskan dimuka, secara geologi batu ganoping mungkin berubah menjadi dolomitan (MgO 2,2% - 10,9%)atau dolomit (MgO > 19,9%) karena pengaruh pelindian (leaching) atau peresapan unsur magnesium dari laut kedalam batu gamping tersebut. Disamping itu dolomit juga diendapkan secara tersendiri atau bersamaan dengan batu gamping. Ada hubungan yang erat antara batu gamping dan dolomit seperti yang dikemukan oleh Pettijohn (1949).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar