GENESA
BATU GAMPING ATAU BATU KAPUR
Dikenal batu gamping non-klastik, merupakan koloni dari binatang laut antara
lain Coelenterata, Molusca, Protozoa, Foraminifera. Batu gamping Koral
merupakan pertumbuhan/perkembangan koloni Koral. Batu gamping klastik,merupakan
hasil rombakan jenis batu gamping non klasik melalui proses erosi oleh air,
transportasi, sortasi,sedimentasi. Oleh karenanya selama proses tersebut
terikut jenis mineral lain yang merupakan pengotor dan memberi warna pada batu
gamping yang brsangkutan. Akibat adanya proses sortasi secara alamiah akan
terbentuk pengelompokan ukuran butir. Dikenla jenis kalsidurit apabila batu
gamping tersebut fragmental, kalkarenit apabila batu gamping terebut berukuran
pasir, dan kalsilutit apabila batu gamping tersebut berukuran lempung. Tingkat
pengotoran/kontaminasi oleh mineral asing berkaitan erat dengan ukuran
butirnya. Pada umumnya jenis batu gamping ini dilapangan menunjukkan berlapis.
Adanya perlapisan dan struktur sedimen yang lain serta adanya kontaminasi
mineral tertentu yang akan memberi warna dalam beberapa hal memberikan nilai
tambah setelah batu gamping tersebut terkena sentuhan teknologi.
Selain
itu mata air mineral dapat pula mengendapkan batu gamping yang disebut sebagai
endapan sinter kapur. Batu gamping jenis ini terjadi karena proses kimia di
alam, peredaran air panas alam maka melarutlah batu gamping di bawah permukaan
yang kemudian diendapkan kembali dipermukaan bumi.
Secara
kimia batu gamping terdiri atas kalsium karbonat (CaCO3). Di alam tidak jarang
pula dijumpai batu gamping magnesium . Kadar magnesium yang tinggi mengubah
batu gamping menjadi batu gamping dolomitan dengan komposisi kimia CaCO3MgCO3.
Hasil penyelidikan hingga kini meyebutkan bahwa kadar Calsium Oksida batu
gamping di Jawa umumnya tinggi (CaO>50%). Selain magnesium batu gamping
kerapkali tercampur dengan lempung, pasir, bahkan jenis mineral lain.
Pada
umumnya batu gamping yang padat gamping yang padat dan keras mempunyai berat
jenis 2. Selain yang pejal (masif) dijumpai pula batu gamping yang sarang
(porus). Mengenai warna dapat dikatakan bervariasi dari putih susu, abu -abu
tua, coklat, merah, bahkan hitam. Semuanya disebabkan karena jumlah dan jenis
pengotor yang ada. Warna kemerahan disebabkan oleh mangan, oksida besi sedang
kehitaman karena zat organik. Batu gamping yang mengalami metamorfose berubah
menjadi marmer.
Dibeberapa
daerah berbatu gamping yang tebal lapisannya didapatkan gua atau sungai bawah
tanah yang terjadinya berkaitan erat dengan kerjanya air tanah. Air hujan yang
mengandung CO2 dari udara dan CO2 hasil pembusukan zat organik dipermukaan
setelah meresap kedalam tanah dapat melarutkan batu gamping yang dilaluinya
sepanjang rekahan. Reaksi kimia yang berlangsung adalah :
CaCO3
+ 2CO2 + H2O>>>>>>>>Ca(HCO3 )2 + CO2
Ca(HCO3)2
larut dalam air sehingga lambat laun terjadi rongga dalam bentuk gua atau
sungai bawah tanah.
Seperti dijelaskan dimuka, secara geologi batu
ganoping mungkin berubah menjadi dolomitan (MgO 2,2% - 10,9%)atau dolomit (MgO
> 19,9%) karena pengaruh pelindian (leaching) atau peresapan unsur magnesium
dari laut kedalam batu gamping tersebut. Disamping itu dolomit juga diendapkan
secara tersendiri atau bersamaan dengan batu gamping. Ada hubungan yang erat
antara batu gamping dan dolomit seperti yang dikemukan oleh Pettijohn (1949).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar