BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Ilmu
geologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak bisa lepas dari
praktek lapangan,karena tanpa dilakukan praktek lapangan sulit untuk bisa
dipahami lebih jauh. Oleh karena itu, maka perlu dilakukan kegiatan praktik
lapangan sebagai salah satu metode yang tepat untuk dapat memahami dan
mendalami ilmu geologi.
Dengan
demikian, untuk meleksanakan praktik
lapangan ini harus dipilih daerah yang cukup strategis untuk melakukan
praktikum lapangan tersebut. Hal yang harus diperhatikan adalah daerah yang
akan dijadikan sebagai objek untuk melakukan praktik lapangan. Yang terpenting
dalam memilih objek tersebut adalah,daerah yang akan dijadikan sebagai objek
praktik lapangan harus daerah yang banyak memberikan informasi yang berhubunga
dengan ilmu geologi.
Oleh
karena itu, setelah mempertimbangkan hal tersebut di atas maka ditetapkanlah
Desa Palakka Kecamatan Barru Kabupaten Barru sebagai wilayah praktik. Daerah
tersebut cukup strategis, selain jaraknya yang tidak terlalu jauh dari kota
makassar, daeraah ini juga cukup banyak memberikan informasi yang berhubungan
dengan ilmo geologi.
B.
TUJUAN
Adapun
tujuan dilaksanakannya praktik lapangan tersebut antara lain :
- Memudahkan
mahasiswa dalam memahami ilmu geologi.
- Agar
mahasiswa dapat melihat langsung di lapangan proses-proses geologi yang terjadi
di atas muka bumi ini.
- Agar
mahasiswa dapat mengaplikasikan teori yang diperoleh dibangku kuliah
dengan keadaan sebenarnya.
- Agar
mahasiswa bisa melihat secara langsung proses-proses geologi yang terjadi
dialam.
C. MANFAAT
Adapun
manfaat yang telah kami peroleh setelah melakukan praktik lapangan geologi
dinamik ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat
mengenal dan melihat secara langsung jenis-jenis batuan serta dapat membedakan
jenis-jenis batuan yang ada di lapangan.
2. Mahasiswa
dapat melihat secara langsung hasil proses geologi yang terjadi pada batuan
seperti sesar, patahan, kekar, serta proses-proses pelapukan pada batuan.
3. Mahasiswa
dapat melihat bentuk perlapisan pada batuan secara langsung.
4. Mahasiswa
dapat melakukan perhitungan slope gradient, ketebalan lapisan, mengukur strike
dan dip, floting dan menentukan letak koordinat lokasi dengan bantuan GPS dan
kompas geologi secara langsung.
5. Mahasiswa
semakin bersemangat dalam mempelajari ilmu geologi.
6.
Menimbulkan rasa
kekompakanantarakelompok.
BAB II
LINGKUNGAN
A.
Lokasi
Dan Kesampaian Daerah
Lokasi
atau daerah dilaksanakan praktik lapangan ini pada hari pertama adalah dimulai
dari desa Palakka itu sendiri. Selanjutnya kami menuju ke arah barat yakni pada
lereng gunung Palakka dan selanjutnya kami menuju ke arah selatan menyusuri
gunung Palakka dengan melalui jalan tambang yang ada digunung Palakka itu
sendiri sampai dipuncak gunung Palakka. Selanjutnya kami menuruni lereng gunung
Palakka tersebut samapai menemukan sebuah sungai dan kembali melalui jalur yang
dilewati pada saat menuju puncak gunung Palakka.
Pada hari kedua tanggal
15 juli 2011 praktik lapangan
dilakukan ke arah selatan desa Palakka. Dalam perjalan kami melewati areal
persawahan milik warga sekitar desa Palakka,kemudian kami menuju kearah selatan
menuju sebuah bukit. Setelah melakukan pengamatan pada bukit tersebut kami
menuju arah timur melewati jalan yang kami lalui pada saat munuju bukit
tersebut dalam hal ini kami berlawanan arah dengan arah menuju bukit.
Perrjalanan kearah timur melewati lembah dan bukit hingga ditemukan sungai.
Sungai ini berlawanan arah dengan arah perlapisan batuanya. Arah aliran sungai
ini kearah utara. Kami melanjutkan perjalanan mengikuti arah sungai sambil
mengamati kondisi alam disekitar sungai tersebu. Perjalanan selanjutnya adalah
kembali ke base camp melewati jalan raya yang ada di desa Palakka.
B.
Tata
Guna Lingkungan
Adapun tata guna lahan di desa Palakka ini ada berbagai macam. Pada
daerah lembah banyak digunakan sebagai areal pertaniansepertipersawahan
dan perkebunan. Pada daerah gunung Palakka dan sekitarnya di temukan areal bekaspenambangan bahan
galian Crhomit. Namun menurut pengamatan yang kami lakukan,kami berkesimpulan
bahwa pemanfatan dan penambangan bahan galian yang ada didesa Palakka tersebut
belum maksimal.
BAB III
KONDISI GEOLOGI
A.
Geologi regional
1.
Morfologi
Di daerah pangkejene
dan watampone bagian barat terdapat dua jenis pegunungan yang memanjang hampir
sejajar pada arah utara barat laut dan
terpisahkan oleh lembah sungai Walanae. Pegunungan yang barat menempati hampir
setengah luas daerah, melebar di bagian selatan (50 km) dan menyempit di bagian
utara ( 22 km). Puncak tertingginya 1694 m, sedangkan ketinggian rata-ratanya
1500 m. Pembentuknya sebagian besar batuan gunung api. Di lereng barat dan
beberapa tempat di lereng timur terdapat topografi keras, pencerminan adanya
batu gamping. Diantara topografi keras
di lereng barat terdapat daerah perbukitan yang dibentuk oleh batuan
pra-tersier. Pegunungan ini di barat daya dibatasi oleh daratan Pangkajene
Maros yang luas sebagai lanjutan dari daratan di selatannya.
Pegunungan yang di timur relatif lebih sempit dan lebih rendah,
dengan puncaknya rata-rata setinggi 700 m, dan yang tertinggi 787 m. Juga
pegunungan ini semakin besar berbatuan gunung api. Bagian selatannya selebar 20
km dan lebih tinggi, tetapi ke utara menyempit dan merendah, dan akhirnya
menunjam ke bawah batas antara lembah Walanae dan Daratan Bone. Bagian antara
pegunungan ini betopografi keras yang permukaannya sebagian berkerucut.
Batasnya di Timur Laut adalah dataran Bone yang sangat luas, yang menempati
hampir sepertiga bagian timur.
Lembah Walanae yang memisahkan
kedua pegunungan tersebut di bagian utara selebar 35 km, tetapi di bagian
selatan hanya 10 km. Di tengah terdapat sungai Walanae yang mengalir ke utara.
Bagian selatan berupa perbukitan rendah dan bagian uatara terdapat dataran
aluvium yang sangat luas mengelilingi danau tempu.
2.Stuktur Geologi
Secara garis besar, struktur
geologi yang terdapat di daerah ini yaitu terbagi dalam tiga kelompok yaitu
berupa pegunungan, lembah dan dataran, misalnya pada bagian barat yang
merupakan daerah pegunungan yang berbentuk kerucut yang mencerminkan daerah
yang bertopografi keras, yang tersusun dari batuan pra-tersier. Pada bagian
barat daya dijmpai dataran yang luas yaitu dataran Pangkajene Maros.
Daerah yang bertopografi lembah
yaitu berupa sungai (sungai Walanae) yang memisahkan kedua pegunungan tersebut.
3.
Stratigrafi
Tatanan
Stratigrafi
Kelompok batuan yang umurnya belum
diketahui terdiri dari batuan ultra basa, batuan malihan, batuan melange. Batuannya terbreksikan, tergerus dan
mendaun, dan sentuhannya dengan formasi di sekitarnya berupa sesar atau
ketidakselarasan. Penarikan radiometri pada sekis yang menghasilkan 111 juta
tahun kemungkinan menunjukkan peristiwa malihan akhir pada tektonik zaman
kapur. Batuan ini tertindih tak selaras oleh endapan eflysch formasi balang
baru dan formasi marada yang tebalnya lebih dari 2000 m dan berumur kapur
akhir. Kegiatan magma sudah mulai pada
waktu itu dengan bukti sisipan lava dan flysch.
Sebagian besar pegunungan baik yang
di barat maupun yang di timur, berbatuan gunung api, di pegunungan yang imur,
batuan ini diduga berumur miosen awal bagian atas yang memventuk batuan gunung
api kalamiseng. Di lereng timur bagian utara pegunungan yang barat, terdapat
batuan gunung api Soppeng yang diduga juga berumur miosen awal. Batuan sedimen
berumur miosen tengah sampai pliosen awal berselingan dengan batuan gnung api
yang berumur antara 8,93 – 9,29 juta tahun. Secara bersama batuan ini yang
menyusun formasi camba yang tebalnya sekitar 5000 m. Sebagian besar pegunungan
yang barat terbentuk dari formasi camba ini yang menindih tak selaras formasi
selaras.
Setelah pliosen akhir, rupanya
tidak terjadi pengendapan yang berarti di daerah ini dan juga tidak ada keghiatan
gunung api. Endapan undak di utara Pangkajene dan di eberapa tempat di sungai
Walanae rupanya terjadi selama pliosen.
Endapan Permukaan
Ø Endapan
Undak : kerikil, pasir dan lempung, membentuk dataran rendah bergelombang di
sebelah utara pangkajene. Terutama berasal dari batuan pra-tersier di sebelah
timur pangkajene. Satuan ini dapat dibedakan secara morfologi ari endapan
alluvium yang lebih muda. Lempung, pasir dan kerikil yang tidak terpetakan di
derah tata sungai Walanae mungkin termasuk satuan ini.
Ø Terumbu
Koral : batu gamping terumbu, dibeberapa tempat dis sepanjang pantai terangkat
membentuk singkapan kecil. Yang dapt di petakan hanya ditemukan di selatan
marek. Di dangkalan spermonde terumbu koral muncul keatas permukaan laut,
melampar kira-kira 60 km di lepas pantai ke arah barat, dan kira-kira 50 km di
lepas pantai ke arah timur di bagian selatan.
Ø Endapan
Alluvium, Danau Dan Pantai : lempung, lanau, lumpur, pasir dan kerikil di
sepanjang sungai besar, disekitar lekuk danau tempe dan sepanjang pantai.
Endapan pantai setempat mengandung sisa kerang dan batu gamping koral.
Batuan Sedimen
Dan Batuan Gunung Api
Ø Formasi
Balangbaru : sedimen type flysch : batupasir berselingan dengan batulanau,
batulempung dan serpih, bersisipan konglomerat, batupasir, batupasir
konglomerat, tufa dan lava ; batupasirnya bersusunan grewake dan arkosa,
sebagian tufaan dan gampingan ;pada umumnya menunjukkan struktur turbidit ; di
beberapa tempat ditemukan konglomerat denga susunan basalt ,andesit, diorit,
tufa terkersikkan, sekis, kuarsa, dan bersemen batupasir; pada umumnya padat
dan sebagian serpih terkersikkan. Dibawah mikroskop, batupasir dan batulanau
terlihat mengandung pecahan batuan beku, metasedimen dan rijang radiolaria.
Daerah barat laut mengandung banyak batupasir; dan ke arah tenggara, lebih
banyak batulempung dan serpih.
Formasi ini tebalnya selkitar 2000
m; tertindih tak selaras batuan formasi malawa dan Gunungapi Terpropilitkan,
dan menindih tak selaras komplek Tektonik Bantimala.
Ø Formasi
Marada : sedimen bersifat flysch; perselingan batupasir, batulanau, arkosa,
grewake, serpih dan konglomerat, bersisipan batupasir dan batulanau gampingan, tufa, lava dan breksi yang tersusun oleh basalt,
andesit, dan trakit. Batupasir dan batulanau berwarna kelabu muda sampai
kehitaman; serpih berwarna kelabu tua sampai coklat tua; konglomerat tersusun
oleh kerikil andesit dan basalt; lava dan breksi terpropilitkan kuat dengan
mineral sekunder berupa kaebonat, silikat, serisit, klorit dan epidot. Fosil
globotruncana dari batupasir gampingan yang di kenali oleh PT.Shell menunjukkan
umur kapur. Akhir dan diendapkan di lingkungan neritik dalam. Formasi ini tebalnya
lebih dari 1000 m.
Ø Formasi
Salo Kalupang: batu pasir, serpih dan lempung, berselingan dengan konglomerat
gunungapi, breksi dan tufa ; bersisipan
lava, batu gamping dan napal ; batu lempung, serpih dan batu pasir di beberapa
tempat tercirikan oleh warna merah, cokelat, kelabu dan hitam; setempat
mengandung fosil moluska dan foraminifera, terutama di dalam lapisan batu
gamping dan napal; pad umumnya gampingan, padat dan sebagian dengan urat
kalsit; sebagian serpihnya sabakan; kebanyakan lapisan terlipat kuat dengan
kemiringan antara 20 o- 57o. Penampang di Salo Kalupang
memperlihatkan lebih banyak konglomerat di bagian barat dengan komponen andesit
dan basal. Di sebelah timur Palatae tersingkap lebih banyak tufa dan batupasir
daripada di Salo Kalupang. Di sebelah timur Samaenre terdapat lebih banyaqk
singkapan serpih daripada di tempat lain; batuannya berwarna cokelat kemerahan
dan kelabu, berselingan dengan batugamping berlapis (teol) dan batupasir.
Ø Formasi
Malawa: batupasir, konglomerat, batulanau, batulempung, dan napal dengan
sisipan lapisan atau lensa batubara dan batulempung; batupasirnya sebagian
besar batupasir kuarsa adapula yang arkosa, grewake dan tufaan, umumnya
berwarna kelabu muda dan cokelat muda; pada umumya bersifat rapuh, kurang padat;
konglomeratnya sebagian kompak; batu lempung, batugamping, dan napal umumnya
mengandung moluska yang belum diperiksa, dan berwarna kelabu muda sampai kelabu
tua; batubara berupa lensa setebal beberapa sentimeter dan berupa lapisan
sampai 1,5 m.
Ø Formasi
Tonasa: batugamping koral pejal, sebagian terhamblurkan, berwarna putih dan
kelabu muda; batugamping bioklastika dan kalkarenit, berwarna putih, cokelat
muda dan kelabu muda sebagian berlapis baik, berselingan dengan napal
globiregina tufaan; bagian bawahnya mengandung batugamping berbitumen, setempat
bersisipan breksi batugamping dan batugamping pasiran; di dekat Malawa, daerah
camba terdapat batugamping yang mengandung glaukonit, dan beberapa tempat di
daerah Ralla ditemukan batugamping yang mengandung banyak serpihan sekis dan
batuan ultramafic; batugamping sebagian mengandung foraminifera besar, napalnya
banyak mengandung foraminifera kecil dan beberapa lapisan napal pasiran
mengandung banyak kerang dan siput besar.
Ø Formasi
Camba : batuan sedimen laut, berselingan dengan batuan gunung api; batu pasir
tupaan berselingan dengan tufa, batu pasir, batu lanau, dan batu lempung;
bersisipan dengan napal, batu gamping, konglomerat dan breksi gunung api, dan
setempat dengan batubara; berwarna beraneka, putih, cokelat, merah, kuning,
kelabu muda, sampai kehitaman; umumnya mengeras kuat dan sebagian kurang padat
berlapisan dengan tebal antara 4 cm dan 100 cm.
Ø Formasi
Walanae : batu pasir bersedimen dengan batu lanau, tufa, napal, batu lempung,
konglomerat dan batu gamping; sebagian memakas dan sebagian repih; umumnya
berwarna mudah, putih keabuan, kecoklatan dan kelabu muda. Batupasir berbutir
halus sampai kasar, umumnya tufaan dan gampingan, terdiri dari serpihan batuan
beku dan sebagian mengandung banyak kuarsa. Komponen batuan gunung api
jumlahnya bertambah secara berangsur ke arah barat dan selatan, terdiri dari
butiran abu hingga lapili, tifa kristal, setempat banyak mengandung batu apung
dan biotit. Konglomerat ditemukan lebih banyak di daerah selatan dan barat,
tersusun terutama dari kerikil dan kerakal andesit, trakit dan basal ke arah
utara dan timur jumlah karbonat dan klastika bertambah; di sekitar Tacipi
batugamping berkembang jadi anggota Tacipi.
Batuan gunung api
Ø Batuan
gunung api terpropilitkan : Breksi, lava dan tufa, di bagian atas lebih banyak
tufa, sedangkan di bagian bawalebih banyak lava, umumnya bersifat andesit,
sebagian trakit dan basal; bagian atas bersisipan serpih merah dan batugamping;
komponen breksi beraneka, dari beberapa sentimeter sampai melebihi 50 cm,
terekat tufa yang jumlahnya kurang dari 50 %; lava dan breksi berwarna kelabu
tua sampai kehijauan, sangat terbreksikan dan terpropiritkan, mengandung
barek-barek karbonat dan silikat. Satuan ini tebalnya sekitar 400m; sebagai
lanjutan dari yang tersingkap di Barru, di lembar Ujungpandang, Benteng dan
Sinjai.
Ø Batuan
gunung api kalamiseng: lava dan breksi, dengan sisipan tufa, batupasir batulempung dan napal; kebanyakan bersusunan
basalt dan sebagian andesit; kelabu tua hingga kelabu kehijauan umumnya
tansatmata, kebanyakan terubah, amidaloid dengan mineral sekunder karbonat dan
silikat; sebagian lavanya menunjukkan struktur bantal.
Ø Batuan
gunung api Soppeng: breksi gunungapi dan lava dengan sisipan tufa berbutir
pasir sampai lapili dan batu lempung; dibagian utara lebih banyak tufa dan
breksi, sedangkan di bagian selatan lebih banyak lavanya; sebagian bersusunan
lava piroksin dan sebagian basalt leusit, kandungan leusitnya lebih banyak ke
arah selatan; sebagian lavanya berstruktur bantalan dan sebagian terbreksikan;
breksinya berkomponen antara 5 cm sampai 50 cm; warnanya kebanyakan kelabu tua
hingga kelabu kehijauan.
Ø Batuan
gunung api Baturapecindapo: lava dan breksi, dengan sisipan sedikit tufa dan
konglomerat; bersusunan basalt, sebagian besar porfiri dengan Fenokris piroksin
sampai 1 cm panjangnya, dan sebagian tansatmata; kelabu tua kehijauan hingga
hitam; lava sebagian berkekar meniang dan sebagian berkekar lapis, pada umumnya
breksi berkomponen kasar; 15 cm sampai 60 cm, terutama basalt dan sedikit
andesit terekat oleh tufa, pasir kasar sampai lapili, mengandung banyak sepaian
piroksin. Satuan batuan ini tidak kurang dari 1250 m di lembah ujungpandang,
benteng dan sinjai,sebelah selatan daerah lembar ini menindih tak selaras batuan
gunungapi formasi cambah;mungkin berumur pliosen akhir.
Ø Batuan
gunung api Pare-pare: tufa berbutir halus sampai lapili, breksi dan konglomerat
gunungapi, setempat dengan sisipan lava dan batupasir tufaan; terutama
bersusunan trakit dan andesit, pemeriksaan petrografi menunjukkan andesit
trakit; beberapa lapisan tufa mengandung banyak biotit umumnya memakas lemah
dan sebagian rapih; berwarna putih keabuan hingga kalabu; setempat terdapat
lapiasan silangsiur dan sisa tumbuhan.
Batuan
Terobosan
Adapun
batuan-batuan terobosan yaitu sebagai berikut:
Ø Gradodiorit
Ø Diorit - Granodiorit
Ø Trakit
Ø Basalt
Komplek Tektonika
Bantimala
Ø Batuan
Ultrabasa; peridotit, sebagian besar terserpentinkan, berwarna hijau tua sampai
hijau kehitaman.
Ø Batuan
Malihan: sebagian besar sekis dan sedikit genes; secara megaskopik terlihat
mineral diantaranya glaukofan, garnet, epodot, mika dan klorit.
Ø Komplek
Melanga: batuan campur aduk secara tektonik terdiri dari grewake, breksi,
konglomerat, batupasir terbreksikan, serpih kelabu, serpih merah, rijang
radiolaria merah, batu sabak, sekis, ultramafik, basal, diorit,dll.
A.
Geologi Lokal
1.
Morfologi
Daerah
desa Palakka di apit oleh dua buah pegunungan. Desa Palakka berada tepat pada
cekungan dua pegunungan tersebut. Pada bagian barat desa Palakka terdapat
gunung Palakka,bagian barat laut terdapat gunung salebbi, bagian utara terdapat
gunung lasittae, bagian selatan terdapat gunung bottosowa,sedangkan pada bagian
timur terdapat gunung namun tidak diketahui namanya.
Adapun
desa palakka ini banyak terdapat berbagai macam jenis batuan,antara lain batuan
beku dan batuan sedimen. Pada gunung palakka sendiri banyak ditemukan batuan
beku peridotit khususnya pada bagian puncak,sedangkan pada bagian lereng banyak
di temukan batuan sedimen jenis batu gamping. Pada bagian lembah dari
pegunungan banyak ditemukan batuan beku trakit. Daerah desa Palakka didominasi
oleh batuan sedimen,khususnya batu gamping.
2. Variasi Singkapan Batuan
Dari
hasil kegiatan praktik lapangan di desa Palakka kec. Barru Kab. Barru yang dilaksanakan
pada tanggal 14 – 15 juli
ini ditemukan dua jenis batuan yaitu batuan beku dan batuan sedimen.
Ø
Batuan beku
Batuan
beku di temukan pada stasiun 4,5,6,7,8,9,11,16,17 dimana pada stasiun 4,5,6,7
dan 8 adalah batuan beku peridotit dan dunit, pada stasiun 9 adalah jenis
batuan beku dasit dan basaltsertabatuansedimenyaitubatupasirsilika,
pada stasiun 11 dan 16 jenis batuan beku trakit sedangkan pada stasiun 17adalah
jenis batuan beku andesit.
Ø
Batuan Sedimen
Batuan sedimen terdapat
pada stasiun 2,3,10,12,13,14,15,18,19 dan 20. Dimana pada stasiun 2 ditemukan
batu gamping berlapis,pada stasiun 3 terdapat batu gamping karbonat sedangkan
pada stasiun 10 terdapat batu gamping koral. Pada stasiun 12, 13,14,dan 15 juga
ditemukan batu gamping,selanjutnya pada stasiun 18 ditemukan batuan sedimen
konglomerat. Pada stasiun 19 dan 20 ditemukan batu gamping lunak dan keras
serta batu gamping + nodul silica.
Ø
Bahan Galian
Adapun
bahan galian yang tersebar di daerah Barru khususnya desa Palakka bisa
dikatakan cukup banyak. Seperti halnya yang telah kita lihat secara langsung
bagaimana singkapannya terdapat dipermukaan. Batuan bahan galian yang terdapat
di daerah Palakka antara lain gamping dan
cromit sebagai bahan galian industri sedangkan batupasir, lanau, serpih dan batuan beku merupakan bahan galian
bangunan.
Ø
Struktur Geologi
, Pada waktu melakukan praktik
lapangan selain melakukan pengukuran strike-diip, melakukan ploting
area,pengambilan sampel serta statigrafi terukur , kami juga melihat dan
mengamati fenomena alam yang terjadi di lapangan. Fenomena alam yang dimaksud
adalah kejadian yang terjadi secara alami dan berhubungan dengan ilmu geologi berupa
struktur-struktur geologi. Struktur-struktur geologi tersebut yaitu berupa
perlapisan batuan, patahan, sesar, lipatan, dan ketidakselarasan yang merupakan
struktur sekunder. Struktur-struktur ini dijumpai pada stasiun 11 dan 20.dimnapadastasiun 11
ditemukanbatuanbekuhasilintrusiconcordanyaituberupa sill dimanalapisan magma
yang tipis menyusupdiantaralapisanbatuan.distasiunini pula
banyakditemukanlubang-lubangdidalambatuandimnalubang –
lubanginiterbentukakibathantamanangindalamkurungwaktu yang cukup lama
sehinggamembentuklubang-lubang. Dan padastasiun 20 ditemukanstrukturperlapisan
yang sngatjelasdimanaarahperlapisannyasearahdengan slope.
BAB IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Dari
hasil praktik lapangan yang telah dilakukan pada tanggal 13 s/d 16 juli 2010 di Desa
Palakka, maka dapat di simpulkan bahwa :
Ø Ilmu
geologi akan sangat mudah dipahami setelah mempelajari teorinya kemudian kita
melakukan kegiatan praktik lapangan.
Ø Setelah
melakukan kegiatan praktik lapangan ini kami bisa melihat proses-proses seperti
regresi atau penurunan muka air laut. Hal ini di tandai dengan di temukannya
fosil-fosil hewan laut (koral) pada lereng gunung Palakka serta batu gamping
yang berfosil.
Ø Proses
geologi benar adanya.
Ø Ilmu
geologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang sangat menarik dan
tidak membosankan apabila betul-betul didalami.
B.
Saran
Setelah
melakukan praktik lapangan kami melihat beberapa hal yang harus diperhatikan
guna menigkatkan pengetahuan dalam melakukan praktik lapangan selanjutnya.
Adapun hal-hal tersebut antara lain sebagai berikut:
Ø Sebaiknya
alat-alat yang sudah tua dan kurang berfungsi secara optimal agar diperbaharui
agar data yang diperoleh sesuai dengan yang sebenarnya.
Ø Sebaiknya
jumlah alat yang dibutuhkan pada saat praktik lapangan dilaksanakan diperbanyak
agar tiap-tiap praktikan bisa memahami dengan baik cara penggunaan alat-alat
tersebut.
Ø Sebaiknya
pada praktik-praktik lapangan selanjutnya jumlah pendamping juga harus ditambah
dalam hal ini dosen yang bertanggung jawab dengan mata kuliah geologi atupun
asisten dosen,agar praktikan bisa lebih mudah untuk menanyakan apa yang belum
dipahami.
DAFTAR
PUSTAKA
Hasanuddin,
Msi., Ir. 2007. Penuntun Praktikum Geologi Fisik.UVRI, Makassar.
Hasanuddin,
Msi., Ir. 2008. Penuntun Praktikum Geologi Dinamik.UVRI, Makassar.
Munir,
H. Moch., DR., MS., Ir. 1995. Geologi Dan Mineralogi Tanah. Pustaka
Jaya, Jakarta.
Sukamto
Rab. 1982. Geologi Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat, Sulawesi.
Irwanto,1990.Geologilapangan. UNHAS,makassar